Header Ads

JOKOWI KO STOP ABUNAWAS




Foto: Isai Onesimus Paa
Tahun ini merupakan tahun Emas  bagi Indonesia dan secara khusus Papua yaitu tahun demokrasi. Pesta demokrasi yang akan berlansung pada 17 April 2019. Pemilihan yang ini, beda dengan lima tahun yang lalu. Dolo itu, penetapan waktu untuk pemilihan persiden dan DPR  atau Bupati berbeda. Untuk pemerinatahan President Joko Widodo (Jokowi), pace rubah system pemilihan. Jadi, tong tahun ini pilih DPRD, DPR Propinsi, DPR pusat dan President secara bersamaan. Dong yang KPU pusat bilang, system serentak supaya tercipta efektivitas dan efesiensi anggaran. Melalui ini, dong harap supaya setiap daerah hemat negara pu uang dan kas daerah.

Khusus  untuk tong orang Papua. Tahun mas dan tahun celaka dua belas  bagi orang asli Papua (OAP) yang menderita dan mati  setiap detik .Tahun Emas  buat dong yang suka duduk di kursi empuk. Dong yang hari-hari pikir dong punya perut sendiri. Dong yang suka jadikan  masyarakat Papua sebagai  alat untuk diinjak-inajak dan dirampas hak hidupnya. Selain itu, tahun celaka dua belas bagi masyarakat akar rumput. Mau ganti president ke president , dong ( baca: masyarakat akar rumput) tidak akan pernah hidup sejahtera. Mungkin, tong pu president mengubah system negara yang selama ini hanya menjadikan masyarakat sebagai objek. Mengubah system yang tidak lagi  mengeksploitasi hutan masyarakt adat.  Mengubah system pendekatan militer yang  selama ini hadir hanya menelang  rakyat Papua.

Antara Jokowi dan Prabowo. Sa bingung memilih. Coba kalo di  dalam tempat pencoblosan ada kotak khusus untuk tidak pilih. Sa akan masukan sa pu suara di kotak itu. Sa akan merasa sangat bahagia. Sa bayangkan, kalo orang Papua semua tidak memilih. Republik ini akan goyang  dan tong pilih berpisah saja sudah. Sudah cukup  tong pu darah berjatuhan atas nama NKRI harga mati. Tong pu tulang dan tengkorak sudah bertumpuk-tumpuk di atas tanah yang kaya akan Emas. Leluhur tanah sudah tidak sanggup menangis. Dong itu saksi bisu yang terluka. Entah kapan luka itu. Dia bisa sembuh.

Selama pace Jokowi jadi president. Dia pu program untuk orang Papua ada baik dan buruk. Baik bagi dong yang menikamti. Kalo buat sa pribadi, tidak ada yang menguntungkan bagi OAP. Program dana kampung satu miliar. Ko tau dana satu milar itu bawa banyak masalah. Masyarakat Papua dong baku bunuh dan baku marah karena barang itu. Uang satu miliar itu buat OAP untuk minta pemekaran kampung banyak-banyak.  Padahal, di kampung itu Cuma dua/tiga Kepala Keluarga (KK) saja. Uang banyak. Pemekaran banyak, manusia tidak berdaya. Uang banyak itu bagian dari pembodohan , penindasan, penajajahan, dan  pemusanahan secara sistematis, terstruktur, dan terselubung bagi  OAP. Uang itu, buat OAP dong tara bisa creative dalam mengembangkan ekonominya. Dong kaya parang tumpul yang orang pakai-pakai saja tara pernah gosok kasi tajam. Pemerintahan Jokowi, pemerintahan yang haus upaya-upaya percepatan pembangunan infranstruktur dan  eknomi nasional bukan lokal. Contohnya, proyek jalan –Trans seluas 4.330 km. Proyek trans itu siapa yang beruntung. Pace Jokowi bilang jalan-Trans untuk membuka askes bagi banyak komunitas Papua yang telah lama terisolasi. Pace ko yang benar saja? Tong ini tara butuh akses jalan.

 Tong tidak mau tanah gersang atas nama pembangunan infranstruktur. Ko seharusnya, siapkan tong untuk  menjadi manusia Papua yang creative dan Inovative.  Sehingga, tong juga  bisa berdiri di kaki sendiri bukan berharap ko pu uang satu miliar saja.Jadinya, orang bilang tong jadi tuan di atas negeri sendiri.  Akses jalan itu hanya  untuk kam pu akses ekonomi nasional saja, bukan askes untuk orang Papua.  Jalan licin supaya ko (Baca: Jokowi)  pu orang-orang tukang pencuri kayu. Dong bisa mudah pencuri kayu lalu bawa lari dengan mudah. Akses jalan lincin supaya ko drop TNI/PORLI  biar dong bunuh  manusia yang bergabung dalam organisasi Papua Merdeka (OPM)  dan masyarakat Sipil. Kasus Nduga yang kemaren ko (Baca: Jokowi) bilang OPM bunuh masyarakat sipil 16 orang. Itu  to… TNI/Intel dong pu strategi biar ada dana hibah untuk dorang dengan labelan dana untuk keamanaan di Papua. 

Jadi kamu orang jangan tipu-tipu masyarakat Indonesia dan Internasional sudah. Parah lagi, Jokowi ko su tau ka? Ko pura-pura tutup mata? Tong di Papua tidak ada terorisme. Jadi ko stop tambahkan pasukan atas nama keamanaan Negara. Kamu pu  keamanaan baku tipu saja. Tong su tara butuh pendekatan militer. Tong kasi tanah gratis-grasti ke ko tu ada melalui jalur militer ka? Trada to? Ko datang ambil dengan aman-aman saja. Kalo ko dengan ko pu kaki tangan terus-menerus  mendropkan pasukan TNI/PORLI di Papua. Ko jangan berharap tong kasi suara untuk ko lagi. Ko pu kunjungan ke Papua tidak akan terulang lagi.

Kapan eeee, kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)Papua  dapat diselesaikan? Tahun 2014, pace  Jokowi janji kasi tuntas kasus pelanggaran HAM.Dari awal jadi president sampai mau kembali pemilihan lagi. Banyak rentetan kasus pembunuhan, perampasan lahan, perluasan lahan, gisi buruk membunuh generasi Papua  mencapi ratusan balita dan terakhir penembakan dan pembunuhan di Nduga.  Pace pu sifat dan gaya tu maca air yang tenang menghayutkan digambarkan lewat wajah dan senyumannya. Namun di balik pace pu senyum palsu tu. Banyak nyawa  OAP berjatuhan. Dong yang membunuh lalu bilang itu musibah atau orang tak kenal (OTK) atau OPM  yang membunuh. Lagi-lagi tong dapat tipu dari pace Jokowi dan kaki tangannya. Sunggug mati, sa sudah trauma untuk memilih pemimpin Negara ini.

No comments: