Header Ads

BUKU TETESAN EMBUN INSPIRASI DARI PAPUA KARYA ALEKS GIYAI


“ANALISIS BAGIAN : PERTAMA”

Oleh: Maria Baru



Tetesan Embun Inspirasi Dari Papua. Sebuah buku karya anak muda dari Wilayah Meepago, yaitu Aleks Giyai.  Dia lahir di kampung Onago di kabupaten Deiyai. Buku ini berisi tentang koleksi kutipan-kutipan atau tulisan-tulisan inspirative yang di ambil dari website, media sosial seperti facebook, twitter, dan instagram.  Selain itu juga, penulis mengambil dari media cetak seperti Cendrawasih Pos, Bintang Papua, dan Papua post.  Kemudian, buku ini diterbitkan oleh komunitas Gerakan Papua Mengajar dan Komunitas Sastra Papua.  Tulisan yang diambil merupakan tulisan dari para pelaku pemberi inspirasi bagi rakyat Papua yang sedang dijajah, dibunuh, dan hidup menderita di atas tanahnya sendiri. Mereka adalah para pejuang Bangsa Papua, Suara Kenabian Bagi Bangsa Papua, Suara Aktivis Mahasiswa, Suara Akademis dan Tokoh Masyrakat. Buku ini direkomendasikan  bagi seluruh insan manusia yang hidup di  Tanah Papua, dan terlebih khusus manusia Papua. Semua kutipan yang diambil merupakamn kutiapan-kutipan tetesan embun pemberi inspirasi bagi semua orang dan terlebih khusus bagi manusia Papua.

***
Ada banyak kutipan dalam buku karya Aleks Giyai namun saya hanya mengambil beberapa kutipan atau tulisan untuk dianalisis.Pertama yaitu, “ Jangan takut katakan benar, kalau itu benar. Jangan takut katakan salah, kalau itu salah”.Pg (1).  Kutipan tersebut merupakan kutipan dari tokoh Pejuang Bangsa Papua yang menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di Papua melalui  seni musik, yaitu Arnold Clemans Ap. Dia adalah salah satu tokoh legend musisi terkenal di Papua. Karya-karyanya selalu menjadi tetesan  embun inspirasi bagi rakyat Papua, dan terlebih khusus kaum muda revolusioner dari Papua.  Kutipan di atas sangat memberi aspirasi bagi seluruh rakyat Papua. Tuan Arnold Ap, mengajak  seluruh orang Papua untuk jangan  takut menyatakan hal yang benar dan salah. Dari jaman dahulu samapai sekarang, banyak orang Papua yang masih takut untuk menyatakan hal yang benar dan salah. Ditambah lagi, otonomi khusus yang diberikan NKRI  untuk orang Papua, hal tersebut membuat manusia Papua semakin menikmati yang benar menjadi salah, dan yang salah menjadi benar. Dengan demikian, benih-benih kolonial dan kapitalis kecil selalu subur dan berkembang biak di tengah-tengah manusia Papua, contohnya Non Papua Versus Papua, Papua Versus Papua, Pusat Versus Daerah, Daerah Versus Rakyat, dan lain-lain.

***
 Kedua yaitu, “Aku tidur dan bermimpi bahwa hidup ini penuh kebahagian, tapi ketika aku bangun…hidup ini penuh dengan penderitaan”. Pg (1).  Kutipan ini, merupakan kutipan dari Tuan Arnol Ap. Kutipan ini, sangat cocok dengan situasi terkini di Papua. Di mana para pemakai dasi indah, masih merasakan tidur yang nikmat dengan bermimpi pemekaran propinsi, pemekaran kabupaten, pemekaran kampung, jabatan, dan uang, sampai pemekaran istri dan suami.  Semua itu, membuat mereka terasa dalam pelukan batal bergerak sehingga terbawa dalam ayunan mimpi yang indah dan panjang sehingga tidak bisa bangun-bangun dari tidurnya. Akhirnya, rakyat dan alam Papua menjadi korban di atas mimpi indahnya.

***
 Kutipan ketiga yaitu, “Sejarah adalah pelajaran yang berharga untuk menata suatu bangsa ke masa depan yang lebih baik”.  Pg (1).  Kutipan ini, diambil dari tulisan Drs. Agus Alue Alua. MA. Sekarang, banyak generasi muda asli Papua yang belum memahami sejarah bangsa Papua yang sebenarnya. Memang mereka tidak salah karena negara biadap_Indonesia, yang selalu menutup kebenaran sejarah melalui sistem pendidikan yang membodohkan orang Papua. Sistem pendidikan yang tidak berkemanusian. Sistem pendidikan yang hanya mengajarkan orang Papua untuk membawa ijasah ke PNS, sistem pendidikan yang mengopi paste, dan lain-lainya.  Bagimana generasi ini akan berdiri di atas tanah ini untuk menata bangsanya menjadi bangsa yang lebih baik sedangkan mereka tidak tahu kebenaran sejarah bangsanya? Oleh sebab itu,  generasi muda Papua, dari SD, SMP, SMA sampai kuliah. Negara biadap_Indonesia, tidak akan pernah menceritakan sejarah yang  benar kepadmu, sehingga mulai dari sekarang belajarlah untuk mencari sumber informasi tentang kebenaran sejarah bangsa Papua.  Dan bagi orang tua yang sudah mengetahui kebenaraan sejarah bangsa Papua wajib menyalurkan kepada anaknya. Dengan demikian, kelak akan ada pemimpin yang memimpin bangsa ini (Papua) lebih baik.
            Kutipan keempat yaitu, “Orang Pintar itu bukan mencari kepentingan pribadi tapi orang pintar harusnya menderita demi kepentingan orang lain”. (pg 12). Bapak Fillep Karma, mengajak semua orang pintar yang ada di Papua terlebih khusus orang Papua bahwa kepintaran tidak digunakan hanya untuk kepentingan perut seorang saja, tapi kepintaran digunakan untuk perut semua rakyat pehuni bumi. Bapak Filep tidak asal mengelurkan peryataan seperti ini. Realitanya benar bahwa banyak orang Papua yang pintar.  Kebanyakan dari mereka menggunkan kepintaraan untuk mengisis perutnya sendiri. Bukan hanya perut saja, tapi dengan kepintaraannya bisa membodohkan masyarakat yang mereka anggap bodoh. Dengan kepintaraanya mencuri piring makan rakyat kecil. Dengan kepintaraanya membodohkan dan memiskinkan  manusia Papua, dan orang di sekitarnya.

***
Ketipan kelima, yaitu “Orang-orang putih, menjajah bangsa Papua Barat tetapi tidak mengahncurkan peradaban bangsa Papua Barat tapi bangsa kulit kuning (Indonesia) menjajah bangsa Papua Barat dengan amat sangat menghancurkan peradaban bangsa Papua Bart”. (pg,22-23).  Tulisan di atas merupakan kutipan bapak Kelly Peday. Apa yang dikatakan bapak Kelly tidak salah. Mengapa demikian karena yang dimaksud orang-orang putih adalah pemerintahan Belanda sedangkan bangsa kulit kuning adalah pemerintah Indonesia. Saya yakin, bapak Kelly adalah salah satu dari sekian orang Papua yang merasakan perbedaan peradaban sistem pembangunan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda.Menurut Ibu Marlina Flassy,seorang antropolgi dari Papua. Dalam pemaparan materinya di pelatihan aparatur desa di kota Sorong pada tanggal 24 Juli 2017. Dia menjelaskan sejarah pembangunan di Papua bahwa sistem pembanguan yang dibawa oleh pemerintah Belanda adalah sistem pembangunan yang menggunakan pendekatan humanis. Ketika pemerintah Belanda sebelum ke Papua, mereka sudah mengirim para antropologi dan Misionars-misionaris untuk melakukan penelitian. Salah satu bukti yang ditunjukan oleh pemerintah Belanda, contohnya di Wilayah kepala Burung. Mereka melihat pola  pendidikan adat. Dari pola pendidikan adat, para Misionaris mendirikan pendidikan pola asrama-asrama. Di mana di asrama akan menampung yang para laki-laki dan perempuan muda. Di asrama, mereka mendidik dan membina anak-anak Papua. Sehingga, mereka tidak hanya mendapat pengetahuan dan ilmu tetapi mereka juga memiliki karakter dan moral yang berkulitas serta bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang di sekitarnya.  Dan tempat sekolah mereka tidak jauh dari asrama. Selain itu, dengan adanya asrama-asrama akhirnya anak-anak Papua dari berbagai daerah di satukan. Dengan pola pendidikan yang demikian, dapat mengikat persatuan dan persaudaraan anak Papua dari  wilayah yang satu dengan yang lain. Sekali lagi, penajajahan dari pemerintah Indonesia sangat menghancurkan peradaban bangsa Papua dalam segala aspek kehidupan orang Papua.  Salah satu bukti yaitu melalui sistem pendidikan dan pembangunan. Dari sisitem pembanguan yang dilihat hanyalah pembangunan gedung-gedung yang megah, proyek-proyek jalan propinsi yang lebar,luas dan cepat. Bentuk-bentuk gedung yang tidak bermotive rumah adat Papua. Sistem pendidikan tidak berkearifan lokal. Kita dipaksa belajar sejarah orang luar sedangkan punya manusia Papua ditutup rapat-rapat seolah-olah orang Papua tidak punya sejarah.  Kita dipaksa mentah-mentah untuk menghilangkan budaya, sejarah bahasa,dan lain-lain.

***
Kutipan keenam, yaitu  ” Bila yang sadar tidak mau berjuang, maka itu penindasan yang terindah. Penindasan akan selalu berusaha menyembunyikan penindasannya. Ia akan selalu membuat yang tertindas bersenang-senang dalam penderitaan agar mereka tidak sadar diri”. Kutipan diambil dari tulisan tuan Viktor Yeimo.  Menurut saudari Lamberti Fann bahwa kita yang sadar dan paham tentang penindasan tersebut namun kadang kita masih menggunakan ruang dan kesempatan dari kata “ perjuangan” untuk tetap menikmati penindasan tersebut. Teorinya pejuangan tapi prakteknya tidak sesuai. Semua itu mementingkan ego masing-masing terutama para aktivis Papua.   “Bila yang sadar tidak mau berjuang, maka itu penindasan yang terindah”. Banyak Manusia Papua yang paham tentang situasi terkini Papua namun mereka menutup mata hatinya untuk bersuara lantang tentang penindasan yang sedang terjadi. Contohnya, para pejabat atau boz-boz besar dari putra putri asli Papua. Mereka tahu bahwa rakyatnya sedang mengalami ketidakadilan dalam bidang kesehatan, pendidikan,  ekonomi, dan lain-lain namun mereka tidak sepenuhnya menghapus atau mengurangi akar penindasan tersebut. Mereka justru membuat peninadasan tersebut semakin panjang dan indah dinikmati oleh kamu tak berdaya. “Penindas akan selalu berusaha menyembunyikan penindasannya”. Kutipan ini sangat cocok dengan sikap pemerintah pusat sampai daerah terhadap orang asli Papua. Contoh kasus yang baru saja terjadi, yaitu diplomta muda Ainan Nuran utusan Indonesia yang berbohong di publik Internasional bahwa 30 pelabuhan baru, 7 air port baru, 360 mahasiswa Papua mendapat pendidikan gratis, jalan propinsis yang sudah mencapai 4.325 kilometer.Semua laporannya, seolah-olah menyampaikan ke publik bahwa di Papua sudah tidak ada ketidakadilan, marginalisasi, pembunuhan, jalan propinsi sudah bagus, dan sebagainya namun semua hanya, pembohongan publik dan selalu berusaha menutup semua kenyataan yang terjadi di Papua. “Penindasan akan selalu berusaha menyembunyikan penindasannya. Ia akan selalu membuat yang tertindas bersenang-senang dalam penderitaan agar mereka tidak sadar diri”. Dua kalimat dari kutipan ini sangat cocok diberikan untuk manusia Papua (OAP). Pemerintah Indonsia sebagai aktor penindas yang selalau meninabobokan manusia Papua di atas hutan yang rusak, kali yang tercemar, tingkat putus sekolah yang tinggi, HIV/AIDS yang meningkat, dan lain-lain.Pemerintah pusat tahu bahwa manusia Papua lemah jika bertemu dengan alat yang namanya “jabatan dan uang”. Jabatan dan uang membuat mereka (para pejabat asli Papua) bersenang-senang sendiri namun tak punya mata hati untuk melihat manusia lain yang sedang tak berdaya. Jabatan dan uang membuat orang papua bersenang-senang sampai melupakan jati dirinya, akhirnya hutan dan manusia Papua jadi korban kerusakan, kehancuran, ketidakadilan, penajajahan, marginalisasi, dan lain-lain.

                                                  =Bersambung=

Tulisan ini telah dipublish oleh http://www.sastrapapua.com/2017/11/buku-tetesan-embun-inspirasi-dari-papua.html

No comments: