Header Ads

NONTON DAN DISKUSI FILM DOKUMENTER: SA ADA DI SINI




Tempat: Kontrakan Mahasiswa Mamteng di Sorong. Photo: Isai Onesimus Paa

Tanggal, 8 Maret merupakan hari perempuan Internasional. Dalam rangka hari perempuan Internasional maka SKPKC-OSA mengajak para perempuan Papua di Jalan Malibela, kota Sorong, Papua Barat. Kami mengajak perempuan Papua melihat kembali sejarah perjuangan perempuan di wilayah Eropa dan Amerika. Mereka berjuang merebut hak-hak dasar perempuan yang harus dimiliki oleh perempuan. Contohnya, hak dalam pendidikan, hak ekonomi, hak upah kerja yang merata, hak hidup dan lain-lainya. Mengajak perempuan Papua melihat situasi sosial di kota Sorong  melalui  film dokumenter “SA ADA DI SINI”.
Film dokumenter ini dibuat pada tahun 2015 oleh Asia Jsutice and Right (Ajar) bekerjasama dengan Women Working Group (PWG), yang terdiri dari aktivis perempuan, dan aktivis dari beberapa lembaga seperti SKP Merauke Eldapper, KPKC GKI Tanah Papua, Belantara Papua Sorong, Humi Inane, Elsham Papua. Mereka menyelenggarakan penelitian aski partisipatoris. Metode ini digunakan untuk lebih memahami pengalaman perempuan korban kekerasan di Papua dan Papua Barat. Penelitian ini di lakukan di 5 kabupaten yaitu,Sorong Jayapura, Biak, Keerom, Wamena dan Merauke. Banyak kekerasan yang terjadi dalam kehidupan perempuan Papua. Kekerasan berupa ketidak adilan dan juga pengalaman pelanggaran HAM masa lalu yang juga dihadapi oleh perempuan Papua seperti mama-mama dari Biak. Mereka merupakan korban kekerasan HAM berat dari tahun 1961. Selain itu, bagimana mama-mama Papua yang menghadapi kesulitan akses air bersih, transportasi, pendidkan untuk anak-anak, dan lain-lain.  Mereka berjuang keras dalam berupaya untuk mendapatkan akses hak dasarnya. Dan juga, mama-mama mereka juga bercerita bagimana suami-sauminya. Dimana, sumai mereka ke kota sedangkan mam-mama yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan dalam keluarga.

Ibu Ida Klasin: “Selamat malam mama-mama dan adik-adik semua. Yahhh hari ini, kita di sini karena perempuan. Hari ini merupakan hari perempuan Internasional. Terimakasih banyak, adik Maria yang menyediakan ruang ini untuk perempuan. Yahhh kita harus punya ruang sehingga kita bias baku dapat dan berbagi pengelaman dan juga cerita tentang kita maupun situasi social di sekitar kita. Kita bisa berdiri dan berkumpul karena jaman dahulu para perempuan di luar sana berjuang untuk kesamaan kedudukan antara perempuan dan laki-laki Sehingga tidak ada perbedaan di antara laki-laki dan perempuan. Dalam kegiatan ini, kita melihat bagimana kehidupan social perempuan Papua dalam hidupnya sehari-hari. Bagimana perempuan dan pendidikan, perempuan dan kesehatan, perempuan dan anak, perempuan dan adat, perempuan dan hutan. Perempuan dengan hutan yang dimaksud yaitu, bagimana perempuan dengan lingkungan hidupnya. Perempuan tampa hutan artinya kemiskinan semakin bertambah banyak. Kita juga melihat bagimana, otonomi khusus dapat memperdayakan perempuan Papua di Sorong atau tidak? Dana otonomi khusus untuk kota kabupaten adalah 90%. 10% Untuk kampung.

Mama Dominika: “Film ini sangat bagus. Saya sedih melihat sitausi Papua sekarang. Saya pindah di kota Sorong dari tahun 2003. Saya kasian lihat masyarakat karoon yang tinggal di kota ini. Masyarakat karoon adalah salah satu suku dari wilayah kabupaten Tambrauw yang berdomisili di kota Sorong. Mereka juga warga kota yang punya hak untuk mendapat akses air bersih. Kenapa pemerintah tidak perhatikan mereka. Saya pernah membuat proposal usaha ternak Babi. Pemerintah dong datang ambil gambar. Dong janji akan kasi bantuan tapi sampai sekarang tidak ada buktinya. Tong pu orang Papua yang jadi pejabat juga tidak bisa perhatikan kami rakyat kecil ini punya hak hidup dasar. Otonomi khusus tidak terasa atau menyentuh di Sorong sini. Saya punya suami kena Struk. Saya harus bayar 7jt, (Tujuh Juta). Dong suruh tong urus segala macam administrasi. Z pu suami kirim ke Jayapura. Biaya semua gratis. Kenapa di Sorong sini tidak seperti itu ka”?

Mama Agustina Yekwam: “Tong pilih orang besar jadi dong juga harus lihat kita. Dong tu ada karena kita. Saya ini berjuang pemilihan bapak walikota. Kemaren saya punya anak sakit. Saya bilang ke dokter. Semua biaya rumah sakit bapak walikota yang bayar. Dokter buat surat, saya tanda tangan. Dia suruh saya urus surat akses yang baru. Saya tidak mau. Tong ini, kerja buat
dorang cape-cape. Saya pergi menghadap bapak Wali kota. Saya bilang saya kerja keras buat bapak jadi bapak tolong biaya saya punya anak di rumah sakit.

Ade Kristin:  Kita punya mama-mama sering jualan. Pasar Remu. Biasa jualan sayur-sayur, kasbi, dan buah-buahan. Mereka ada yang berjualan di bawah tanah saja. Noken BK (Bintang Kejora). Mama dong bikin noken untuk jualan sehingga bisa tambah ekonomi kelurga. Kenapa para polisi larang? Harusnya tidak boleh dan hal ini tidak boleh terulang. Kalo menurut saya, otsus di kota Sorong sama sekali tidak terlihat. Contohnya, rumah sakit harus masyarakat dong bayar mahal-mahal dengan biaya sendiri. Terus barang-barang yang orang Papua jual. Orang amber juga dong jual. Tong orang Papua tidak bisa jual pakian. Kita ini hanya bisa jual pinang dan sayur saja. Masa tong jual pinang dong lagi jual pianang. Parah sekali. Pemerintah ini, tidak pernah jeli melihat hal-hal seperti ini. Di Sorong ini, OAP dong jual pinang dong Non lagi jual.

Ida Klasin: Kaka mau kasih tanggapan tentang, BK. Negara ini anggap BK tu sesuatu yang sangat sensitive.  Menurut Negara ini,dia  tidak akan diam jika melihat hal-hal yang mengganggu kedaulatan Negara. Jadi adik, selama kita dalam bingkai Negara ini. Kita tidak bisa melakukan hal-hal yang bertetangan dengan Negara.

Maria Baru: Mama- Mama dan adik-adik semua. Kegiatan diskusi seperti tidak hanya sampai di sini. Akan ada ruang seperti. Kita akan sering-sering berjumpa untuk berbagi. Perempuan harus terus berjuang memperdayakan dirinya sehingga mereka bias mampu bersaing di dalam persaingan globalisasi yang keras ini. Perempuan Papua harus mempunyai kemampuan-kemampuan khusus sehingga dia bias dapat gunakan kemapuan tersebut untuk bersaing dengan orang lain. Kita harus berkumpul dan bersatu. Para perempuan Papua harus bersatu. Berkumpul dan berjuang bersama. Kita tidak bias berjalan sendiri. Sapu lidi satu tidak bias sapu kotoran yang banyak. Sapu lidi harus banyak dan diikat jadi satu, kuat sehingga bisa dapat menyapu kotoran. Sekali lagi, terimakasih banyak untuk semua, sudah habiskan waktu untuk kita kumpul dan cerita-cerita di sini.





No comments: